Kamis, 09 Januari 2020

Upacara Adat Rambu Solo Sulawesi Selatan

Upacara adat Rambu Solo' merupakan upacara adat kematian dan tata cara penguburan masyarakat Tana Toraja (Sulawesi Selatan). Upacara tersebut tergolong unik dan menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi Provinsi Sulawesi Selatan. Upacara Rambu Solo' bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan. Upacara ini sering diadakan ketika musim panen tiba yaitu sekitar bulan Agustus - Nopember.

Upacara Rambu Solo' diadakan oleh masyarakat Tana Toraja karena mereka meyakini bahwa seseorang dianggap benar-benar meninggal jika penguburan telah dilaksanakan. Selama upacara tersebut belum diadakan, orang tersebut dianggap masih sakit dan ditempatkan di sebelah selatan Tongkonan (rumah adat di Tana Toraja). Bahkan orang yang sudah meninggal tersebut masih mendapatkan sajian makanan, minuman, mengenakan pakaian, tetap dalam posisi bediri, dan tetap dikunjungi oleh anggota keluarganya.

Beberapa hari kemudian jenazah akan dililit dengan selendang panjang dan wajahnya akan dihadapkan ke arah barat.

Masyarakat Tana Toraja meyakini bahwa orang yang meninggal dunia akan memasuki Puya (alam kekal bagi arwah orang yang meninggal). Oleh karena itu harus melewati tata cara yang disesuaikan dengan kedudukan orang tersebut selama hidup. Seperti halnya upacara adat Ngaben di Pulau Bali, upacara adat kematian di Tana Toraja juga memerlukan biaya yang cukup besar. Sehingga bagi keluarga yang akan menyelenggarakan upacara adat tersebut harus menabung, bahkan hingga bertahun-tahun lamanya.

Pelaksanaan upacara penguburan di Tana Toraja ini dibagi menjadi beberapa bagian utama. Biasanya jarak antara kedua bagian tersebut berkisar sekitar satu minggu. Upacara tersebut dipimpin oleh orang yang paling paham mengenai adat istiadat, khususnya tata cara penguburan yang disebut tomabalu. Jenazah dihadapkan ke arah utara dan kini ia dianggap benar-benar sudah meninggal. Upacara penguuran juga diikuti dengan pemotongan hewan kurban berupa kerbau dan babi. Jumlah kerbau dan babi yang akan dikurbankan tergantung pada tingkat kedudukan si mati dalam masyarakat. Keluarga si mati diharuskan berpuasa.

Upacara kedua disebut dengan mabolong. Ritual ini juga diadakan pemotongan hewa kurban. Pada tahap upacara ini, jenazah dimasukan kedalam peti kayu bulat. Kayu yang digunakan adalah kayu cendana yang wangi. Bagian atas kayu bulat tersebut diletakkan atap kecil seperti bentuk rumah Tongkonan. Peti kayu tersebut diangkat bersama-sama dan dibawa ke tempat pemakaman yang sesungguhnya. Keluarga si mati harus menyiapkan tau-tau (patung yang sengaja dibuat menyerupai orang yang mati tersebut) dan lakkian (menara persemayaman jenazah).

Upacara penguburan tersebut berlangsung dengan meriah, karena diiringi dengan nyanyian dan tari-tarian khas Tana Toraja yang bermacam-macam
 merupakan upacara adat kematian dan tata cara penguburan masyarakat Tana Toraja  Upacara Adat Rambu Solo Sulawesi Selatan
ragamnya. Selain itu juga diadakan adu kerbau, kerbau-kerbau yang akan dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum dipotong, dan adu kaki. Acara ini dapat berlangsung sehari penuh. Acara puncak ditandai dengan pemotongan hewan kurban berupa kerbau dan babi. Hewan-hewan tersebut harus mati dengan sekali tebas menggunakan sebuah pedang pendek yang tajam. Oleh karena itu orang yang melakukan harus memiliki keahlian khusus.

Selanjutnya jenazah diturunkan darim menara lakkian dan diangkat ke tempat penguburan. Tempat penguburan tersebut berupa lubang yang dipahatkan pada dinding batu di lereng yang terjal. Oleh karena itu diperlukan keahlian dan tenaga yang besar dalam mengangkat dan memasukan jenazah ke dalam tempat penguburan tersebut. Hanya dengan menggunakan tangga bambu yang sederhana mereka memasukkan jenazah ke tempat penguburannya. Posisi jenazah ketika diangkat harus tetap berdiri, setelah itu jenazah diletakan dalam posisi tetap berdiri dengan wajah menatap pemandangan lembah yang indah. Setelah jenazah berhasil dimasukkan, tau-tau diletakkan di atas tebing yang telah tersedia. Tempat tersebut seperti balkon.